KANKER serviks memang hanya dialami wanita. Namun, kaum pria bisa membantu mencegah timbulnya penyakit ini.
Caranya, suami disarankan berkhitan alias sunat. Selain dianggap
mampu mencegah kanker serviks, khitan juga dipercaya mampu meminimalkan
penyebaran HIV.
Fakta di lapangan menyebutkan, angka kematian akibat
AIDS dan kanker serviks (leher rahim) sangat tinggi. Sebut saja HIV,
virus penyebab AIDS yang menginfeksi 33 juta orang di seluruh dunia.
Demikian halnya HPV (human pappiloma virus) yang merupakan penyebab
infeksi menular seksual paling umum di seluruh dunia. Virus tersebut
telah menginfeksi sedikitnya 20 juta penduduk Amerika Serikat (AS).
Virus inilah yang menjadi biang utama kanker serviks, penyakit yang
mampu menewaskan 300.000 perempuan per tahun.Upaya penanganannya telah berkembang, tidak lagi sekadar mengobati,
melainkan juga pencegahan. Misalnya, vaksin HPV pencegah kanker serviks.
Sayangnya, vaksin yang efektif mencegah AIDS masih belum ditemukan
hingga detik ini.
Nah, bagi Anda kaum pria yang telah dikhitan (disunat), berbahagialah
karena Anda dan pasangan berisiko lebih rendah terinfeksi kedua virus
mematikan tersebut. Kabar baik itu datang dari laporan tiga studi yang
dipublikasikan belum lama ini dalam Jurnal Penyakit Infeksi. Hasil studi
memperkuat bukti bahwa khitan melindungi pria dari HPV dan HIV.
Sudah menjadi rahasia umum, kalau kanker serviks hanya dialami
wanita. Namun, bisa saja wanita tersebut tertular HPV dari suami atau
partner seksualnya. Dengan kata lain, dengan berkhitan berarti pria tak
hanya melindungi dirinya sendiri, juga pasangannya.
Dr Bertran Auvert dari Universitas Versailles, Prancis, dan timnya di
Afrika Selatan (Afsel) melakukan tes terhadap 1.200 pria yang
memeriksakan diri ke klinik di Afsel. Mereka mendapati kasus infeksi HPV
kurang dari 15 persen pada pria yang disunat, dan 22 persen pada pria
yang belum disunat. “Temuan ini merupakan jawaban atas pertanyaan
mengapa wanita yang bersuamikan pria yang telah disunat berisiko lebih
rendah terkena kanker serviks,” ujarnya.
Studi kedua yang melibatkan partisipan sejumlah pria di AS
menunjukkan hasil kurang jelas. Namun, Carrie Nielson dari Oregon Health
& Science University menemukan indikasi efek perlindungan sunat
bagi pria. Setelah menganalisis perbedaan pada kelompok pria disunat dan
tidak disunat, Carrie menyimpulkan, risiko pria yang disunat untuk
terinfeksi HPV hanya separuh dari risiko pria yang tidak dikhitan.
Sementara itu, laporan ketiga merupakan hasil penelitian Lee Warner
dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS. Dia dan timnya
mengetes pria-pria keturunan Afrika-Amerika di Baltimore, AS. Didapati
bahwa kasus infeksi HIV pada pria yang disunat hanya 10 persen
dibandingkan 22 persen kasus pada pria yang tidak disunat.
“Sunat dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV pada pria yang kerap
terpapar HIV. Hal ini mendukung hasil studi lainnya terkait pengurangan
risiko HIV pada pria heteroseksual yang disunat,” katanya.
Dr Ronald Gray dan timnya dari Universitas Johns Hopkins di Baltimore
berkomentar, sunat jarang dilakukan warga keturunan Afrika-Amerika dan
Hispanic di Amerika. Padahal, mereka termasuk kelompok berisiko tinggi
HIV. “Penelitian tentang faedah sunat tersebut mungkin akan berguna
melindungi kaum minoritas itu dari HIV,” ujarnya.
Laporan tiga studi tersebut memancing perdebatan bahwa pria (termasuk
bayi laki-laki baru lahir) seharusnya disunat untuk melindungi
kesehatan mereka, sekaligus partner seksualnya kelak. American Academy
of Pediatrics (AAP) juga belum merekomendasikan sunat bagi bayi
laki-laki baru lahir.
Di Indonesia, sunat atau khitan umumnya dilakukan pria muslim,
kendati ada sebagian umat Kristiani yang juga melakukannya. Rata-rata
anak laki-laki disunat pada usia 9-10 tahun (kelas 3-5 SD). Sunat
dilakukan dengan memotong kulit yang menutupi ujung alat vital sehingga
terbuka.
“Anatomi alat kelamin pria diibaratkan topi, saat buang air kecil
sisa-sisa urine tertampung di situ. Melalui sunat, jadinya bersih dan
tidak ada virus,” ujar staf Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM
Jakarta, dr Andon Hestiantoro SpOG (K)
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/12/24/27/176544/khitan-cegah-hiv-dan-kanker-serviks
Sabtu, 09 Juni 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda.